Para pembaca yang budiman. Selama ini kita semua mengetahui bahwa untuk menyamakan keadaan seseorang yang banyak bicara namun pengetahuannya dangkal adalah dengan menggunakan peribahasa "Air beriak tanda tak dalam", atau bagi yang dianggap tidak berpengetahuan "Tong kosong nyaring bunyinya". Demikian pula dengan penulis. Penulis pernah berpikir bahwa kalimat tersebut dapat diterapkan kepada setiap orang yang banyak bicara. Ketika anda berkata tentang air beriak tanda tak dalam, tong kosong nyaring bunyinya, tahukah anda ternyata maknanya tidak seperti yang selama ini kita kira, ternyata selama bertahun-tahun kita sudah salah menggunakannya. Pada suatu kolam air kita mungkin akan menemukan riak-riak atau gelembung-gelembung air yang relatif kecil di atas permukaannya. Menurut hasil penelitian, riak-riak air tersebut banyak ditemukan pada suatu ekosistem air yang mana ketinggian permukaan airnya dari dasar tidak begitu tinggi atau air dalam kondisi tidak
بِالسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ Yth. Sahabat Diskusi Hidup, alhamdulillāh kita dapat berjumpa kembali pada kesempatan diskusi hari ini. Kali ini kita akan membahas diskusi hidup tentang hadirnya sang bidadari di hadapan seseorang yang mulia. Berikut ini adalah diskusi hidup kita kali ini. Pada zaman dahulu kala pada masa Rasūlullāh ﷺ , hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid, telah berumur 35 tahun, namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah (teras) masjid Madinah. Ketika sedang mengasah pedangnya tiba-tiba Rasūlullāh ﷺ , datang dan mengucapkan salam. Zahid terkejut dan membalas ucapan salam dengan agak gugup. “Wahai Saudaraku Zahid, selama ini Engkau sendiri saja”, sapa Rasūlullāh ﷺ . “Allāh bersamaku ya Rasūlullāh”, kata Zahid, sambil tertunduk tak kuasa melihat kharismatik wajau beliau. “Maksudku kenapa Engkau selama ini membujang saja, apakah Engkau tidak ingin menikah?”, tanya Rasūlullāh ﷺ .