بِالسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِاَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Yth. Sahabat Diskusi Hidup, alhamdulillāh pada kesempatan ini kita juga dapat bertemu kembali. Hari ini kita akan membahas diskusi hidup tentang kenapa dan bagaimana jadinya hidup di dunia tidak perlu kaya raya? Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut.
Harapan setiap orang adalah menjalani kehidupan di dunia dengan kebahagiaan, dan dengan harapan bahwa di akhirat pun akan menjalaninya dengan kebahagiaan, āmīn Yā Rabbal’ālamīn. Terkadang masih ada sebagian orang berpendapat bahwa kebahagiaan itu timbul karena seseorang memiliki harta yang sangat banyak (kaya raya). Namun pernahkah kita berpikir bahwa harta yang sangat banyak itu juga sebenarnya menimbulkan kewajiban yang sangat banyak pula? Pernahkah terbesit dalam pikiran atau melihat pengalaman orang lain atau bahkan pengalaman diri sendiri, bahwa dengan menjadi kaya raya dapat mengundang berbagai ancaman atau bahaya? Pernahkah kita berpikir bahwa “hasil yang baik berasal dari keseimbangan”? Tidak berlebihan dan tidak kekurangan.
Mungkin bagi sebagian orang, menjadi kaya raya dan dapat melakukan apa saja merupakan kebahagiaan. Namun sebenarnya kebahagiaan itu tentu hanya bersifat sementara, sewaktu-waktu atau terkadang-kadang. Kalau orang luar yang melihat tentu akan berpikir seolah-olah si kaya raya itu merasa bahagia seterusnya, selamanya. Ternyata …TIDAK…..!
Berikut ini beberapa kemungkinan ketika seseorang menjadi kaya raya:
1. Kecenderungan dampak positif.
a. Bisa berbagi dengan orang lain dalam jumlah yang besar;
b. Dapat mewujudkan sebagian besar keinginan yang berkaitan dengan pembelanjaan harta (seperti memiliki rumah dan mobil mewah, atau rekreasi ke luar negeri, dsb);
c. Memiliki atau mendapatkan fasilitas kesehatan yang istimewa (baik dalam keadaan sedang sehat ataupun sakit dirawat);
d. Merasa lebih dihargai masyarakat dapat menimbulkan rasa syukur kepada Allāh ﷻ.
2. Kecenderungan dampak negatif.
a. Memiliki uang sangat banyak, khawatir uangnya dicuri orang lain;
b. Kaya raya tapi belum tentu tidak memiliki hutang (modal usaha), sehingga tetap mengusahakan supaya bisa membayar hutangnya dengan berusaha lebih keras sementara dirinya terlena berfoya-foya karena menganggap memiliki banyak uang;
c. (Jika laki-laki), bisa digoda atau tergoda oleh wanita lain;
d. (Jika perempuan), bisa menganggap dirinya lebih berharga daripada laki-laki (suaminya), mungkin akan mencari pria lain yang dianggap setara martabat sosialnya;
e. Tanggung jawab sosial lebih besar daripada yang memiliki status sosial biasa-biasa saja (standar);
f. Membayar pajak atau beban pengeluaran lebih banyak, karena melihat kewajibannya sangat banyak bisa cenderung tergoda untuk memanipulasi kewajiban pajak;
g. Ketika merasa jenuh dapat melakukan perbuatan yang sesat karena ada modalnya untuk melakukan itu (contoh: dengan godaan mencari hiburan lalu berjudi, menyewa perempuan nakal, meminum minuman keras, hura-hura, dan sebagainya);
h. Bisa terdorong pada kesombongan dan kurang menghargai orang lain;
i. Memiliki harta yang terlalu banyak dapat mengundang bencana bagi yang mengambil kesempatan, misalnya ketika pemilik harta kekayaan itu meninggal dunia bisa saja akan diperebutkan oleh berbagai pihak yang merasa berhak atas harta peninggalan tersebut dikarenakan perbedaan pendapat dalam hal pembagiannya atau sebab-sebab tertentu lainnya.
Sahabat Diskusi Hidup yang berbahagia,
Sebagian orang berpendapat bahwa harta itu bukanlah segalanya namun tanpa harta orang tidak bisa melakukan apa-apa. Pendapat seperti ini janganlah dijadikan pedoman, dan tidak berlaku bagi setiap keadaan. Kita harus cermat dan cerdas serta cakap dalam mengartikan pendapat tersebut. Harta tidak menduduki posisi paling atas atau utama dari apa yang dimiliki oleh manusia. Banyak harta tidaklah berarti jika Sahabat tidak bisa mengatur atau bahkan mengembangkannya dengan cara yang halal. Jika keliru memberdayakannya maka harta sebanyak apapun akan habis dan menimbulkan kehampaan.
Harta bisa menjadi bencana jika hanya dimanfaatkan untuk diri sendiri, maka berbagilah secara baik dan benar.
Sesungguhnya harta berperan sebagai cadangan, hanya sebagai perantara dari apa yang kita butuhkan. Harta merupakan wujud dari apa yang sudah kita usahakan, namun menjadi tidak berarti jika tidak dilengkapi dengan sesuatu yang sebenarnya berada pada posisi yang utama, yaitu ”ilmu”.
Ilmu atau pengetahuan adalah sesuatu yang sangat berharga yang belum tentu dapat dinilai dengan harta. Harta diperoleh dengan membutuhkan ilmu, namun ilmu pengetahuan bisa diperoleh tanpa harta.
Sahabat diskusi hidup yang senantiasa bersyukur,
Bagi Sahabat yang sudah memiliki penghasilan tetap seperti pegawai negeri baik itu sebagai ASN, PNS, anggota TNI, anggota Polri, dan yang lainnya yang sudah pasti setiap bulan menerima penghasilan pada awal bulan, seyogyanya senantiasa bersyukur.
Golongan orang-orang seperti ini sebetulnya sangat banyak jalannya menuju kebaikan yang lain. Contohnya, oleh karena setiap bulan memperoleh penghasilan maka setiap bulan itu pula seyogyanya dapat berinfaq ataupun bersedekah.
Hindari tergiur untuk memperkaya diri dengan jalan singkat bermain judi apalagi judi online.
Terutama bagi yang ingin mencukupi nafsu kepuasan materiil jangan tergiur untuk melakukan pinjaman-pinjaman yang tidak penting terutama melalui pinjaman online.
Coba Sahabat perhatikan orang-orang yang masih dalam kesulitan, mereka banyak yang berusaha untuk hidup prihatin, tetapi banyak dari mereka tidak macam-macam, berusaha bersyukur atas apa yang telah mereka terima.
Banyak-banyaklah beristighfar dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ketika seseorang dalam keadaan sehat dapat menggunakan hartanya yang melimpah itu untuk berbagai hal. Namun ketika ia sakit, tentunya harta itu akan banyak digunakan untuk menempuh berbagai cara untuk memperoleh kembali keadaan sehat. Orang akan dengan tidak segan-segannya mengeluarkan hartanya agar ia bisa sehat kembali, bahkan tidak sedikit harta yang melimpah menjadi habis karena untuk membiayai pengobatannya itu, naudzubillāh.
Jika kita renungkan kembali, ternyata pada suatu keadaan bisa saja terdapat hal-hal yang berdampak negatif lebih banyak jika seseorang kaya raya. Mungkin Sahabat Diskusi Hidup akan memiliki pertimbangan-pertimbangan lain selain daripada yang telah penulis contohkan di atas. Ternyata menjadi terlalu kaya juga bisa membawa seseorang pada kekufuran, tidak bersyukur, dan menyalahgunakan apa yang telah Allāh ﷻ amanatkan kepadanya, naudzubillāh.
Semoga senantiasa menjadi renungan bagi kita semua.
Komentar