INILAH 3 (TIGA) TAHAPAN DALAM SIKLUS KEIMANAN AGAR MANUSIA SENANTIASA DAPAT BERIMAN KEPADA ALLĀH YANG MAHA ESA
بِالسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِاَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Yth. Sahabat Diskusi Hidup. Alhamdulillāh pada pertemuan kali ini kita berjumpa lagi dan akan membahas kembali diskusi hidup yang berkaitan dengan bagaimana cara menjalani hidup ini dengan ringan. Berikut inilah 3 (tiga) tahapan dalam siklus keimanan agar manusia senantiasa dapat beriman kepada Allāh Yang Maha Esa.
Pada pertemuan yang terdahulu kita pernah berdiskusi tentang apa yang sejatinya diingatkan oleh Allāh ﷻ agar kita pandai-pandai memanfaatkan waktu yang diberikan-Nya. Semoga kita senantiasa dapat beriman, beramal saleh, saling menasihati untuk menetapi kebenaran, dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran. Namun dalam pelaksanaannya tentu kita akan menghadapi pasang-surut dalam hal keimanan, terkadang kuat, dan terkadang menjadi lemah, tergantung situasi dan kondisi kejiwaan kita masing-masing. Oleh karena itu, bagaimana caranya agar kita dapat berusaha agar keimanan kita tetap relatif stabil? Berikut ini akan kita diskusikan tentang hal ini.
Secara psikologis, semua yang ada di dalam kehidupan kita ini seyogyanya senantiasa berada dalam kesadaran (kondisi sadar), agar segala kebaikan yang kita lakukan menjadi berkah atau bermanfaat. Suatu kebaikan yang dilakukan dengan kesadaran dapat menghindarkan diri dari godaan atau penyimpangan dikarenakan kebaikan itu berada dalam kondisi yang baik/sehat/normal. Jika kebaikan dikerjakan dengan kondisi yang kurang kesadarannya, tentu hal ini merupakan suatu kelabilan, dan cenderung dapat disesatkan lalu apa yang kita kerjakan menjadi tidak berguna.
Contoh:
Ketika kita melakukan suatu kebaikan dan menyadari bahwa yang dilakukan itu adalah suatu kewajiban (lihat QS. Al-'Ashr), insyā Allāh kita terhindar dari perasaan-perasaan lain yang tidak perlu seperti rasa ingin dipuji, dan lain-lain.
Jika seseorang melakukan suatu kebaikan itu hanya sebagai iseng atau hiburan semata bukan karena kesadaran bahwa itu sudah menjadi kewajibannya, tentu dalam kondisi seperti ini akan dapat tersisipi dengan perasaan-perasaan riya, sombong, dan sebagainya.
Godaan akan senantiasa menghampiri setiap manusia, namun kita memang senantiasa dituntut untuk menghadapinya dengan kesadaran bahwa setiap permasalahan akan berakhir dan berlalu dengan sendirinya. Tidak ada yang lama segala yang ada di kehidupan dunia yang fana ini.
Mari kita bayangkan ilustrasi berikut ini.
Berapa usia Sahabat sekarang? Dan berapa usia yang Sahabat harapkan paling lama bisa menjalani kehidupan di dunia ini sebelum meninggalkannya?
Kebahagiaan dan kesedihan, kesenangan dan kesusahan, suka cita dan penderitaan, semua itu akan datang silih berganti (lihat QS. Al-Baqarah: 155), hingga seseorang menemui ajalnya, yaitu kematian.
Berikut inilah 3 (tiga) tahapan dalam siklus keimanan agar manusia senantiasa dapat beriman kepada Allāh Yang Maha Esa:
1. Kesabaran.
Yang pertama kita harus lakukan adalah berusaha untuk bersabar. Ketika kita sudah menyadari dan meyakini bahwa suatu kebahagiaan dan kesedihan, kesenangan dan kesusahan, suka cita dan penderitaan, semua itu akan datang silih berganti, maka kita harus menyiapkan untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Ketika kita akan menghadapi kebahagiaan, tentu hal ini bukanlah hal yang sulit karena pada dasarnya setiap orang akan lebih mudah menerima kabar gembira atau kebahagiaan itu. Namun bagaimana jika kita tahu akan menghadapi kesusahan? Tentu hati akan merasa risau karenanya. Lalu apa yang mesti kita persiapkan untuk menghadapi kesusahan yang pasti datang menimpa seseorang? Sekalipun setiap orang diwajibkan untuk senantiasa berusaha (lihat QS. Ar-Rad: 11) untuk mengantisipasi setiap kemungkinan kesusahan yang akan datang, namun seyogyanya orang itu juga senantiasa menyiapkan diri dengan kesabaran (lihat QS. Al-Ankabūt: 2).
Kesabaran itu harus dibentuk sebelum kesusahan menimpa seseorang.
Maka latihlah kesabaran itu agar kita dapat menghadapi segala macam kesusahan dengan perasaan yang ”biasa saja”.
2. Keikhlasan.
Ketika kesusahan akan menimpa kita, kita harus menyiapkan kesabaran. Lalu bagaimana ketika kesusahan itu sudah menimpa kita?
Tahap selanjutnya yang harus kita upayakan adalah mencoba untuk ikhlas. Selama kita masih bisa berupaya untuk menghadapi kesusahan itu silakan saja Sahabat berikhtiar dengan segala daya upaya sambil berdoa agar kesusahan/kesulitan itu dapat diatasi dan segera berlalu. Namun selain itu kita juga harus berusaha untuk mengikhlaskan apa yang sedang menimpa kita, karena tidak ada kejadian di dunia ini tanpa seizin Allāh ﷻ. Kebaikan dan keburukan yang ada di dunia ini, jika sudah berlangsung berarti Allāh mengizinkan hal itu terjadi.
Namun kita sebagai manusia tidak mengetahui hal-hal lain yang mungkin juga akan diizinkan oleh Allāh ﷻ terjadi kemudian.
Itulah sebabnya setiap manusia diwajibkan untuk senantiasa berusaha (lihat QS. Al-Anfāl: 53) dengan diiringi rasa keikhlasan dalam menjalani setiap keadaan (lihat QS. Ali 'Imran: 144). Senantiasa bersyukur atas apa yang kita terima baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Insyā Allāh keikhlasan kita dalam menjalani setiap keadaan itulah yang akan dihargai oleh Allāh ﷻ, āmiin Yā Rabbal’ālamīn. Kita tidak mengetahui betapa besar pahala yang akan diberikan oleh Allāh ﷻ kepada orang-orang yang senantiasa berada dalam keikhlasan.
3. Tawakkal.
Lalu bagaimana selama kita menjalani kesusahan itu? Hadapi dan jalani kesusahan itu dengan keikhlasan karena kesadaran bahwa segalanya dari dan atas izin Allāh ﷻ, dengan cara tidak mengeluh, selalu bersyukur karena keadaan kita masih lebih baik daripada keadaan orang lain, dan senantiasa berdoa, berharap bahwa kesusahan itu akan segera teratasi dan berlalu serta berganti dengan kebahagiaan. Ketika kita sedang mengatasi agar kesusahan itu segera berlalu, bertawakkallah, serahkan segalanya kepada Allāh ﷻ, dan senantiasa berada dalam kebaikan dengan melakukan hal-hal yang baik, itulah sebaik-baiknya kaum yang beragama (lihat QS. An-Nisā': 125).
Oleh karena itu tetaplah yakin, yakinlah kebaikan akan datang setelah kesulitan.
Sahabat Diskusi Hidup yang berbahagia,
Selamat bertahan dengan kehidupan ini dalam mencapai kebaikan dan rida Allāh ﷻ!
Yakinlah bahwa persoalanmu akan bisa diselesaikan dan berlalu sesuai waktunya.
Semoga tetap bersabar, ikhlas, dan tawakkal, menjadi pribadi yang lebih baik, āmīn Yā Rabbal’ālamīn.
Mohon maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan.
Benar karena Allāh, salah karena penulis sendiri.
Semoga bermanfaat, terima kasih, 🙏
Komentar