بِالسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِاَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Yth. Sahabat Diskusi Hidup. Alhamdulillāh pada pertemuan kali ini kita akan membahas kembali diskusi hidup yang berkaitan dengan perkawinan dan kali ini kita akan membahas tentang berumah tangga jangan coba-coba karena jika merasa tidak cocok akhirnya bisa bercerai. Diskusi hidup kali ini langsung berilustrasi dengan contoh sebagai berikut.
Pada suatu waktu seorang laki-laki dan perempuan menikah. Sang perempuan menikah karena ingin merasakan suatu kehidupan lain atau ingin lepas dari kehidupannya yang selama ini dirasakan tidak nyaman, yang mana ia menganggap atau memperkirakan bahwa kehidupannya yang baru mungkin akan jauh lebih baik. Ia berpikir dan berharap bahwa setelah menikah akan mulai mencintai suaminya seiring berjalannya waktu. Ternyata apa yang diperkirakannya sangat jauh meleset. Dia mendapati suaminya sebagai seorang yang keras, egois, tidak dewasa, dan terkesan hanya berorientasi pada hubungan seks (seolah-olah perkawinan itu hanya sekedar memenuhi kebutuhan seks). Hal ini juga yang membuat sang wanita gagal untuk mencintai suaminya. Usahanya gagal karena selalu terhambat dengan kekesalan dan kebencian yang timbul di antara keduanya.
Laki-laki itu adalah pemimpin dalam rumah tangga. Ibarat suatu perkawinan itu adalah bahtera atau kendaraan yang kita kemudikan, maka ia yang seharusnya mampu mengendalikan bagaimana agar suatu perkawinan itu berjalan dengan baik atau setidak-tidaknya perjalanan dalam perkawinan itu menjadi tenang kembali. Ibarat nahkoda atau supir, ia harus mempelajari apa yang diistilahkan dengan cuaca, medan, dan musuh serta karakteristik lain yang muncul selama perkawinannya itu. Ia harus tahu bagaimana ketika berada dalam suatu gelombang air, berada pada jalanan berkerikil bahkan berbatu, jalanan naik dan turun, atau harus menikung atau berbelok ke kanan dan kekiri. Pada istilah ”cuaca”, suami seyogyanya bisa menilai situasi atau keadaan yang sedang berlangsung. Dia harus mempelajari dan mengenali apakah istrinya menikah betul-betul karena cinta atau karena sebab lain. Hal ini seyogyanya bisa diteliti pada saat masa penjajakan atau saling mengenal.
Ketika suami memang menganggap bahwa istrinya mencintainya, maka suami seyogyanya bersikap dan berbuat agar istrinya tetap mencintainya bahkan semakin mencintainya. Apabila seorang suami sudah menganggap bahwa istrinya belum sepenuhnya mencintainya apa adanya, justru suami seyogyanya dapat lebih berusaha agar istrinya dapat mencintainya dengan tulus. Itulah tindak lanjut dari keputusan yang telah diambil seorang laki-laki ketika menikahi seorang perempuan. Pada istilah ”medan”, seorang suami seyogyanya dapat mengenali tempat mereka berada, bukan di suatu tempat atau di suatu rumah, melainkan mereka harus sadar bahwa mereka berada di dalam suatu perkawinan yang mana harus dilandasi dengan pengharapan mendapatkan rida Allāh SWT. Pada istilah ”musuh”, seorang suami seyogyanya dapat menghadapi dan menghindarkan istrinya dari berbagai macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan dari pihak atau sebab apapun, agar sang istri dapat tetap fokus dalam mengabdi kepada suaminya, dalam rumah tangganya. Pada istilah ”karakteristik lainnya”, seorang suami juga harus dapat mengenali diri sendiri dan mendeteksi dini kemungkinan-kemungkinan lain yang dapat merusak keharmonisan rumah tangga.
Terkadang seorang laki-laki cenderung memikirkan tentang kepuasan hubungan seksual. Ketika sang istri sedang tidak berkeinginan untuk melakukannya atau berhalangan, sebagian dari suami cenderung memaksakan kehendak dan tidak terima dengan suatu penolakan. Hal ini juga yang kerap kali menjadi pemicu kekesalan dan kebencian.
Bersabarlah menghadapi perempuan, istri itu adalah ujian bagimu. Ajak bicara dengan baik, cari tahu sebabnya, dan tunjukkan bahwa dirimu sangat peduli dengannya dan kesulitannya. Tunjukkan padanya bahwa hubungan seks bukanlah segalanya dalam berumah tangga. Tunjukkan bahwa Sahabat adalah satu-satunya orang yang sangat ingin mengerti dia. Tumbuhkan dan pupuk rasa cinta sang istri dengan kelembutan sikap kita, meski sekali-kali keras namun hindari kekasaran dalam tindakan dan ucapan yang menyakitkan hatinya. Jika suami tidak bisa membuat istri bercerita sepenuhnya, carilah orang lain yang bisa membuatnya bercerita banyak, kumpulkan keterangan sedetail mungkin dari pihak yang dapat dipertanggungjawabkan itu.
Terkadang ada pula seorang perempuan yang awalnya tidak mencintai suaminya namun ia berusaha untuk dapat menumbuhkan rasa cinta itu. Terhadap wanita yang seperti ini janganlah bersikap tergesa-gesa, tidak sabaran. Terkadang istri tersebut ingin merasa dibimbing dan dilindungi. Janganlah karena istri tidak atau belum mau digauli lalu suami mengadu kepada mertua atau bahkan pihak lain yang tidak dapat membantu malah dapat memperkeruh suasana di antara kalian. Itu hanya akan menambah kebencian dari istri bukan memupuk rasa cinta, karena seolah suami tidak bisa menyelesaikan sendiri masalah rumah tangganya. Jika menikah bukan karena rasa cinta, belum tentu dapat dengan kerelaan bersedia melaksanakan kewajiban sebagai istri terutama dalam hal hubungan seksual. Justru tipe wanita seperti ini tidak mudah begitu saja menyerahkan dirinya pada laki-laki, hingga ia betul-betul yakin telah mencintainya dengan segenap jiwa raganya. Tentunya hal ini akan erat hubungannya dengan keadaan tatkala belum menikah.
Sahabat Diskusi Hidup yang senantiasa tabah,
Pernahkah Sahabat membayangkan, jika seandainya sebentar saja mau bersabar, mungkin segalanya akan menjadi lebih baik. Allāh Maha Mengetahui, manusia seyogyanya tidak mengedepankan emosinya. Alhamdulillaah penulis sudah mengamati dan melakukan penelitian tentang hal seperti ini.
Bayangkan jika (dengan cerita seperti di atas) sang laki-laki tahu, sang perempuan sebenarnya sudah mulai belajar untuk mencintai suami, namun karena sikap sang suami seperti itu kemudian usahanya sang istri menjadi sia-sia dan berputus asa lalu berantakan, tentu sang suami tadi akan merasa sangat menyesal karena sudah gagal membimbing istrinya dengan kasih sayang. Padahal tinggal bersabar beberapa waktu saja.
Beristighfarlah, senantiasa memohon ampunan Allāh ﷻ. Kesabaran dan ketekunan adalah kuncinya, berdoa dan bertawakkal lah kepada Allāh ﷻ, insyā Allāh akan dimudahkan jalannya menuju kebaikan.
Oleh karenanya tetap yakinlah, yakinlah kebaikan akan datang setelah kesulitan.
Sahabat Diskusi Hidup yang berbahagia,
Selamat bertahan dengan kehidupan dalam mencapai kebaikan!
Yakinlah bahwa persoalanmu akan bisa diselesaikan dan berlalu sesuai waktunya.
Semoga rumah tangga Sahabat diridai dan dirahmati oleh Allāh ﷻ serta menjadi pribadi yang lebih baik, āmīn Yā Rabbal’ālamīn.
Mohon maaf apabila ada hal-hal yang tidak berkenan.
Benar karena Allāh, salah karena penulis sendiri.
Semoga bermanfaat, terima kasih, 🙏
Komentar