Para pembaca yang budiman. Selama ini kita semua mengetahui bahwa untuk menyamakan keadaan seseorang yang banyak bicara namun pengetahuannya dangkal adalah dengan menggunakan peribahasa "Air beriak tanda tak dalam", atau bagi yang dianggap tidak berpengetahuan "Tong kosong nyaring bunyinya". Demikian pula dengan penulis. Penulis pernah berpikir bahwa kalimat tersebut dapat diterapkan kepada setiap orang yang banyak bicara. Ketika anda berkata tentang air beriak tanda tak dalam, tong kosong nyaring bunyinya, tahukah anda ternyata maknanya tidak seperti yang selama ini kita kira, ternyata selama bertahun-tahun kita sudah salah menggunakannya. Pada suatu kolam air kita mungkin akan menemukan riak-riak atau gelembung-gelembung air yang relatif kecil di atas permukaannya. Menurut hasil penelitian, riak-riak air tersebut banyak ditemukan pada suatu ekosistem air yang mana ketinggian permukaan airnya dari dasar tidak begitu tinggi atau air dalam kondisi tidak
بِالسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِاَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Yth. Sahabat Diskusi Hidup, alhamdulillāh kita dapat berjumpa kembali pada kesempatan diskusi hari ini. Kali ini kita akan membahas tentang bagaimana cara kita mengenali keberkahan. Diskusi hidup tentang berkah atau barokah, inikah makna sesungguhnya barokah? Oleh karenanya diskusi hidup kita kali ini adalah sebagai berikut.
Sebelumnya kita perlu mengetahui terlebih dahulu arti kata barokah. Barokah atau berkah adalah bentuk kata benda yang berasal dari kata kerja “Berkah”[1], “Memberkahi” yang artinya memberikan karunia, anugerah, kebaikan, manfaat dari sisi Allāh SWT. Selanjutnya diskusi hidup kita kali ini sebagai berikut. Di dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar ucapan dari rekan-rekan kita yang kalimatnya terdapat kata “Berkah” atau “Barokah”. Contohnya, ketika ada yang berulang tahun, banyak yang memberi ucapan selamat berulang tahun dan mendoakan semoga diberi umur panjang dan barokah. Ada juga yang ketika baru saja mendapatkan promosi jabatan atau pekerjaan, diberi ucapan selamat dan semoga amanah serta barokah. Namun tidak sedikit yang masih belum mengerti makna sesungguhnya dari suatu keberkahan tersebut. Keberkahan sesungguhnya adalah suatu nikmat yang diberikan oleh Allāh kepada kita. Keberkahan Allah ada pada setiap saat dan setiap kegiatan yang kita lakukan atau jalani di dalam kehidupan di dunia yang fana ini. Penulis membagi keberkahan ke dalam 2 (dua) golongan besar, yaitu keberkahan waktu dan keberkahan kegiatan. 1. Keberkahan waktu. Ditinjau dari sisi waktu, keberkahan waktu mengandung arti bahwa selama waktu yang disediakan oleh Allāh kepada kita, dapat kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Di dalam waktu yang tersedia, kita dapat mengerjakan berbagai kegiatan tanpa ada waktu yang sia-sia. Di dalam aplikasi kehidupan, waktu yang berkah itu adalah ketika kita memiliki sedikit waktu tertentu namun kita masih bisa melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Jika Sahabat Diskusi Hidup pernah merasakan hal yang demikian, maka insyaa Allah waktu tersebut adalah waktu yang barokah (waktu yang diberkahi oleh Allah). 2. Keberkahan kegiatan. Ditinjau dari sisi kegiatan, keberkahan kegiatan mengandung arti bahwa ketika kita melakukan kegiatan, dapat kita pergunakan dengan melakukan kegiatan yang benar-benar baik-baik saja, yang diridhoi di jalan Allāh, serta menimbulkan dampak-dampak baik ikutan (kegiatan baik lain yang timbul karena kegiatan kita tersebut). Dengan kata lain, melakukan kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai ibadah saja, bukan bermaksiat kepada Allāh dan menyia-nyiakan waktu. Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa waktu dan kegiatan memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain serta saling mempengaruhi. Kegiatan yang bernilai ibadah adalah kegiatan yang diberi pahala oleh Allāh. Bagaimana caranya menentukan bahwa suatu kegiatan itu adalah suatu ibadah? Maka kita perlu mencarinya dari perintah yang bersumber dari Allāh maupun dari Rasulullāh. Ikuti semua yang diperintahkan dan tidak melakukan yang tidak ada hubungannya dengan perintah tersebut, itulah suatu ketaatan atau ketakwaan. Bagaimana caranya menilai bahwa suatu kegiatan itu adalah sia-sia? Maka kita perlu mencarinya dari larangan yang bersumber dari Allah maupun dari Rasulullah. Jauhi semua yang dilarang dan tidak melakukan yang tidak ada hubungannya dengan larangan tersebut, itulah suatu ketaatan atau ketakwaan. Penjelasan tentang kegiatan yang berpahala dan yang sia-sia tersebut di atas akan ada kaitannya dengan penggolongan hukum-hukum Allāh yang berkaitan dengan pahala. Demikian diskusi hidup kita kali ini, mohon maaf jika ada hal-hal yang tidak berkenan.Benar karena Allāh, salah karena penulis sendiri.Semoga bermanfaat.Terima kasih, 🙏
وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابُوَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Kemendikbud, Kamus Online 2016.
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, Kemendikbud, Kamus Online 2016.
Komentar