BANYAK YANG SALAH KAPRAH, CARA BERPIKIR TERBALIK, MEMINTA MAAF ATAUKAH MEMAAFKAN YANG BERNILAI LEBIH BAIK?
بِالسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Sabahat Diskusihidup yang berbahagia,
Pada pertemuan kali ini dan pada
moment yang sangat special hari ini, kita akan berdiskusi tentang apa yang
biasa kita atau orang banyak lakukan. Mungkin pemikiran penulis agak berbeda
dengan Sahabat, meskipun demikian semoga hal ini dapat menjadi renungan bagi
kita semua, untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Pada moment-moment tertentu seseorang ataupun banyak orang yang mengutarakan permohonan maaf kepada orang lain. Permohonan maaf itu ada yang disampaikan secara lisan pada saat bertemu ataupun ketika menelpon baik secara voice call ataupun video call, dan ada pula yang disampaikan secara tertulis baik melalui pesan singkat biasa ataupun melalui aplikasi handphone Whatsapp, Telegram, atau aplikasi lainnya. Banyak yang menyatakan bahwa orang yang meminta maaf itu lebih mulia daripada orang yang dimintai permohonan maaf. Tahukah Sahabat, bahwa sesungguhnya banyak yang salah kaprah, cara berpikir terbalik, meminta maaf ataukah memaafkan yang bernilai lebih baik?
Sahabat Diskusihidup yang penulis
banggakan,
Penulis akan membagi pembahasan ini menjadi 2
(dua) penjelasan sebagai berikut:
1.
Meminta maaf kepada orang lain.
Mungkin sebagian besar orang masih
berpikir bahwa orang yang meminta maaf lebih mulia dibandingkan orang yang
dimintai permohonan maaf. Pemikiran seperti ini sesungguhnya hanya dilihat dari
satu sisi yaitu sisi orang yang meminta maaf. Mungkin pertimbangannya karena
meminta maaf itu adalah suatu hal yang cukup berat, sulit, dan membutuhkan
energi atau kemauan serta menghapuskan rasa gengsi pribadi. Keadaan seperti itu
mungkin berlaku pada masa lampau. Pada masa sekarang, segala bentuk kemudahan
yang ada akan cenderung semakin mengikis perasaan-perasaan tadi, rasa berat,
sulit, kemauan rendah, rasa gengsi perlahan mulai memudar. Jika ada orang yang
malas berbicara, malu mengatakan permohonan maaf secara langsung/lisan, enggan
untuk datang menghampiri, dan lain-lain, dapat lebih teratasi dengan sekedar
mengirimkan pesan-pesan permohonan maaf (yang sekarang banyak dilakukan adalah
melalui aplikasi Whatsapp dan Telegram).
Mungkin penulis bisa keliru,
namun yang selama ini penulis amati adalah bahwa sebagian besar manusia cenderung
terkecoh dengan kebiasaannya sendiri. Selama ini kita terbiasa meminta maaf
kepada orang lain pada saat merasa bersalah ataupun pada saat Hari Raya Idul
Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Tetapi pernahkah kita sadari bahwa terkadang
kita akan cenderung egois, seolah-olah kita hanya berharap meminta maaf lalu
dimaafkan. Pernahkah kita merasakan sedikit lebih jujur di dalam hati kita,
ketika orang lain meminta maaf kepada kita, apakah kita memaafkannya? Jawabannya
bisa ”ya” dan bisa ”tidak”.
Jika benar demikian, berarti
masih ada pertaruhan nasib dari tiap-tiap pribadi kita. Bersyukurlah jika ada
kesalahannya yang sudah dimaafkan oleh orang lain. Namun sangat memprihatinkan
jika masih ada yang belum dimaafkan.
Dengan demikian, orang yang meminta maaf belum
dapat dikatakan sebagai orang yang lebih mulia di antara yang lain.
2.
Memaafkan orang lain.
Mungkin di antara kita masih
ada yang berpikir bahwa untuk memaafkan orang lain harus ada pernyataan permohonan
maaf terlebih dahulu dari seseorang sehingga kita memaafkannya.
Sesungguhnya tidaklah demikian.
Memaafkan orang lain tidak perlu harus diminta
karena memaafkan orang lain adalah suatu kelayakan dari tiap-tiap manusia
(ingatlah QS. Al-Faatihah: 1, perihal yang diurutkan paling awal sebagai
panduan hidup umat manusia), meskipun wujud dari memaafkan itu tidak harus
bergaul kembali secara baik.
Sesungguhnya barang siapa yang sudah bisa
memaafkan orang lain tanpa harus dimintai terlebih dahulu permohonan maafnya
oleh orang lain maka ia adalah termasuk golongan orang-orang yang lebih baik.
Sahabat Diskusihidup yang terbaik,
Tidaklah
menjadi masalah jika Sahabat termasuk orang-orang yang mendahului meminta maaf
ataupun yang belakangan menyatakan kesediaan untuk memaafkan, jika:
1.
Sahabat termasuk golongan orang-orang yang suka
meminta maaf namun juga suka memaafkan kesalahan orang lain secara
sembunyi-sembunyi;
2.
Sahabat termasuk golongan orang-orang yang
dimintai permohonan maaf namun Sahabat sudah terlebih dahulu memaafkan dan
mengikhlaskan kesalahan orang lain.
Apapun itu, penulis akan
senantiasa berusaha dengan berbagai cara untuk dapat menyatakan permohonan maaf
kepada Sahabat dengan disertai keyakinan bahwa penulis pun sudah memaafkan dan
mengikhlaskan kesalahan Sahabat dengan berbagai usaha pula.
(Bagi yang merayakan) Selamat Hari Raya Idul Fitri!
Taqaballaahu minna wa minkum, taqabbal Yaa Kariim.
Sahabat Diskusihidup yang penulis kasihi,
Untuk saat ini dan seterusnya,
"Mohon maaf lahir dan batin"
Semoga tetap sehat dan tetap semangat !!!
Komentar